KKG PAI Balikpapan | Balikpapan - Dalam konteks Asta Cita Presiden Prabowo yang menekankan pembangunan sumber daya manusia unggul, program SKB (Sanggar Kegiatan Belajar) berperan sentral dalam memperkuat pendidikan nonformal di Indonesia melalui berbagai layanan yang inklusif, adaptif, dan memberdayakan masyarakat. SKB di bawah naungan Dinas Pendidikan menjadi solusi utama bagi mereka yang tidak tertampung di pendidikan formal seperti anak putus sekolah, masyarakat usia dewasa, hingga kelompok rentan.
Di Balikpapan, peran SKB begitu menonjol. Lima SKB berdiri kokoh di setiap penjuru kota: SKB Balikpapan Selatan (kini berlokasi di Balikpapan Kota), Timur, Barat, Utara, dan Tengah. Fakta ini menjadikan Balikpapan sebagai kota dengan SKB terbanyak di Indonesia. Setiap SKB memiliki kekhasan program, menyesuaikan potensi lokal. Program utama SKB adalah pendidikan kesetaraan yang terdiri dari Paket A (setara SD/MI), Paket B (setara SMP/MTs), dan Paket C (setara SMA/MA). Peserta didik SKB berasal dari rentang usia yang luas, mulai dari anak PAUD hingga dewasa.
Seluruh biaya pendidikan dari PAUD hingga SMA ditanggung pemerintah, sedangkan peserta dewasa yang sudah mandiri secara ekonomi menanggung sendiri biaya pendidikan mereka. Di SKB, belajar benar-benar tak mengenal batas usia—siapa pun, kapan pun, tetap berhak menuntut ilmu. Peserta didik dikelompokkan dalam dua kategori: reguler (usia sekolah) dan dewasa, menyesuaikan kebutuhan dan dinamika pembelajaran. SKB memberikan kesempatan kepada peserta didik dari berbagai usia untuk memperoleh ijazah yang setara dengan pendidikan formal, sehingga mereka tetap memiliki akses terhadap pendidikan dan peluang kerja yang lebih baik.
Selain itu, SKB juga menyelenggarakan pelatihan life skills yang disesuaikan dengan potensi dan kebutuhan lokal, seperti menjahit, tata boga, hingga pelatihan teknologi (komputer), yang bertujuan meningkatkan kemandirian ekonomi dan daya saing masyarakat. SKB tidak hanya fokus pada pengembangan hard skill, tetapi juga soft skill seperti disiplin, kerja sama, dan motivasi, sehingga lulusan SKB mampu menjadi masyarakat yang produktif dan berkarakter.
Pengawasan dilakukan secara berkala oleh penilik Dinas Pendidikan, memastikan mutu layanan tetap terjaga. Tenaga pendidik di SKB wajib bergelar S1 dan bertugas sesuai linieritas ijazah. Kegiatan ekstrakurikulernya seperti tari, musik, vokal, serta Pramuka yang bersifat wajib dan pendidikan karakter melalui kolaborasi dengan Kepolisian, TNI, kesehatan, dan masyarakat, turut memperkaya pengalaman belajar di SKB. SKB bukan sekadar tempat belajar, melainkan ruang inklusif yang menyiapkan generasi tangguh, terampil, dan berkarakter.
Keberhasilan lulusan SKB memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap pandangan masyarakat dan dunia usaha. Ketika lulusan SKB mampu menunjukkan kompetensi akademik yang setara dengan pendidikan formal melalui program kesetaraan Paket A, B, dan C, serta keterampilan praktis dari pelatihan life skills, masyarakat mulai melihat SKB sebagai lembaga pendidikan yang kredibel dan bermutu. Keberhasilan ini mendorong perusahaan untuk lebih terbuka menerima lulusan SKB sebagai tenaga kerja yang kompeten.
Keberadaan SKB juga mendorong pemberdayaan masyarakat, membangun kesadaran pentingnya pendidikan, serta memperkuat jejaring sosial dan ekonomi di tingkat lokal. Dengan demikian, SKB berperan sebagai pelengkap, pengganti, dan penambah pendidikan formal, sekaligus motor penggerak pemberdayaan masyarakat menuju kualitas hidup yang lebih baik.
Penulis : Lestari
Editor : Runza