KISAH KETELADANAN NABI AYYUS a.s dan NABI MUSA a.s
Assalamu`alaikum anak-anak yang soleh solehah….
Hari
ini kita kembali lagi belajar pendidikan agama Islam
Namun
sebelum belajar, marilah kita berdoa kepada Allah agar apa yang kita pelajari
hari ini mendapatkan pahala dari Allah SWT dan bermanfaat untuk kita semua.
Ayo
semuanya kita sama-sama angkat tangannya, kita mulai yaah..
Auzu
billahi minasy syaithonirrojim
Bismillahirrahmaanirrahim.
Robbi zidni ilman, warzuqni fahman…. Waj’alni minas sholihin. Aamin.
Baiklah anak-anak yang soleh-solehah
kali ini kita akan belajar tentang kisah teladan Nabi Ayyub
as.
Nabi
Ayyub a.s. adalah keturunan Nabi Ishaq a.s. bin Ibrahim a.s. Beliau adalah
seorang nabi yang kaya raya. Binatang ternaknya banyak. Sawah ladangnya luas.
Akan tetapi, beliau tidak pernah sombong. Nabi Ayyub a.s. terkenal sabar dan
dermawan. Suka menolong fakir miskin, yatim-piatu, dan orang-orang yang
membutuhkan. Nabi Ayyub a.s. pernah mendapat ujian dari Allah. Hartanya yang
banyak hari demi hari berkurang sehingga ia jatuh miskin. Walaupun miskin, ia
tidak mengemis, imannya tidak goyah karena ia ingat bahwa ketika lahir ke dunia
tidak mempunyai apa-apa. Harta datang dari Allah dan kembalinya pun kepada
Allah. Karena imannya kuat, setan tak mampu menggodanya. Kaya atau miskin
merupakan ujian bagi manusia
Nabi
Ayyub a.s., baik ketika kaya raya atau ketika miskin senantiasa taat kepada
Allah, selalu bersyukur. Bahkan ketika ia jatuh miskin, harta yang ada selalu
ia sedekahkan. Ia yakin, bahwa orang miskin yang bersedekah lebih mulia di sisi
Allah Swt. Sebaliknya, orang kaya yang kikir adalah yang paling hina di sisi
Allah Swt. Kisah Teladan Nabi Ayyub a.s. Mencontoh sikap teladan Nabi Ayyub
a.s. Kemudian, Nabi Ayyub a.s. diuji dengan penyakit kulit, bisul, panas, dan
gatal sehingga orang-orang menjauhinya. Bahkan, mereka membuang Nabi Ayyub a.s.
ke padang pasir yang jauh dari keramaian penduduk karena takut tertular
penyakit. Setelah itu, putra-putrinya meninggal dunia. Sekali pun musibah silih
berganti, tetapi tidak membuat dirinya lupa beribadah dan memuji Allah Swt.
Nabi
Ayyub a.s. berdo'a kepada Allah Swt. agar penyakitnya itu lekas sembuh. Do'a
Nabi Ayyub a.s. dikabulkan Allah Swt. Firman Allah Swt. Q.S. al Anbiya/21:28:
" Maka Kami kabulkan (doa) nya, lalu Kami lenyapkan penyakit yang ada
padanya dan Kami kembalikan keluarganya kepadanya..." itulah tadi kisah
Nabi Ayyub as.
Baik
Anak-anak yang soleh dan solehah, kita lanjutkan pelajaran selanjutnya yaitu
Kisah Keteladanan Nabi Musa as.
Nabi
Musa a.s. lahir di zaman Raja Fir’aun. Di masa itu, Fir’aun memerintahkan
setiap bayi laki-laki yang lahir harus dibunuh karena pengaruh mimpinya.
Menurut ahli nujumnya, mimpi Raja Fir’aun menandakan akan lahir seorang bayi
laki-laki dari Bani Israil yang kelak akan membinasaan kekuasaannya. Raja
Fir’aun terkenal sombong dan mengaku dirinya sebagai Tuhan. Allah Swt.
melindungi Musa a.s. dengan menurunkan ilham kepada ibu Musa a.s., agar anaknya
(Musa a.s.) dimasukkan ke dalam peti, kemudian dihanyutkan ke dalam Sungai Nil.
Anak-anakku kemudian Musa diselamatkan oleh seorang wanita bernama Asiyah
(istri Fir’aun). Melihat anak itu, Fira’un marah. Akan tetapi, dengan bujuk
rayu Asiyah, Fir’aun luluh hatinya, ia tidak jadi membunuh Musa kecil. Suatu
ketika, Musa kecil menangis karena kehausan. Asiyah memerintahkan pengawalnya
untuk mencari ibu yang dapat menyusui bayi itu. Maka, berdatanganlah
wanita-wanita yang ingin menyusui bayi Musa a.s. Namun, setiap kali ada wanita
yang hendak memberinya susu, bayi Musa a.s. tidak mau, ia tetap menangis.
Hingga, akhirnya, datanglah seorang wanita bernama Yukabad. Wanita ini
menggendong dan menyusuinya. Seketika itu juga Musa kecil terdiam dan berhenti
menangis, sampai tertidur nyenyak. Mereka tidak mengetahui, ternyata Yukabad
adalah ibunya sendiri. Setelah diketahui demikian, Asiyah meminta, agar Yukabad
tinggal di lingkungan istana untuk mengasuh Musa kecil. Yukabad pun bersedia,
dan dengan senang hati mengasuh anaknya sendiri di lingkungan istana Fir’aun.
Suatu
ketika seorang laki-laki bergegas datang kepada Musa a.s., dan berkata, “Hai
Musa, sesungguhnya pembesar sedang berunding untuk membunuhmu. Keluarlah dari
kota ini. Itulah nasihatku kepadamu”. Musa a.s. mengikuti nasihat orang itu,
maka keluarlah ia dengan perasaan khawatir seraya berdoa. Do’a Musa a.s. “Ya
Tuhanku, Yang Maha Kuasa, Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, bebaskanlah
aku dari cengkraman kaum Fir’aun yang aniaya”. Sesampainya di negeri Madyan, ia
menjumpai sekumpulan orang yang sedang memberikan minum kepada ternak mereka.
Di antara mereka, ada dua orang gadis yang sedang menambat ternaknya. Musa a.s.
menyapa, “Mengapa tidak ikut bersama mereka mengambi air?” Kedua gadis itu
menjawab, “Kami tidak dapat mengambil air kecuali sesudah orang-orang itu semuanya
telah selesai mengambilnya, dan karena kami tidak kuat berebut dan
berdesak-desakkan dengan orang banyak itu. Bapak kami sudah tua, karena itu
pula tidak sanggup datang kemari untuk mengambil air.” Seketika itu juga Musa
a.s. menolong kedua gadis itu untuk memberikan minum kepada ternak mereka.
Setelah menolong, Musa a.s. berteduh di bawah pohon, seraya berdoa, “Ya
Tuhanku, sesungguhnya aku membutuhkan kebaikan yang Engkau turunkan kepadaku”.
Kedua gadis yang ditolong Musa a.s. pun pulang ke rumahnya, dan menceritakan
kepada ayah mereka bahwa telah ditolong seseorang yang berhati mulia. Salah
seorang dari gadis itu berkata, “Ya ayahku, ambillah ia (Musa) sebagai orang
yang bekerja kepada kita. Kelihatannya ia orang yang kuat dan dapat dipercaya”.
Si ayah, mengabulkan permintaan putrinya. Ternyata, ayah kedua wanita itu tak
lain adalah Nabi Syu’aib a.s.. Di sinilah perjumpaan antara Nabi Syu’aib a.s.
dengan Nabi Musa a.s.. Pada akhirnya Nabi Syu’aib a.s. menikahkan salah satu
putrinya dengan Musa a.s..
Nabi
Musa a.s. telah diberi Tuhan mukjizat, yaitu tongkat yang dapat dijadikan ular.
Tangan Musa a.s. dapat mengeluarkan cahaya dan menjadi pelindung baginya dari
ketakutan. Kedua mukjizat inilah yang dijadikan Musa a.s. untuk melawan Firaun
bersama tukang sihirnya. Kedatangan Nabi Musa a.s. di Mesir membuat Fir’aun
marah dan menuduhnya Musa a.s. sebagai tukang sihir yang hendak mengusir
Fira’un dari negeri itu. Musa a.s. telah mengingatkan Fir’aun, ”Janganlah kamu
membuat dusta, nanti kamu dibinasakan dan mendapat siksa Allah Swt.” Fira’un
dan tukang sihirnya tetap saja melawan dan menantang. Akhirnya, Musa a.s.
meladeninya, dan berkata: “Kalau begitu, kumpulkanlah semua tukang sihirmu,
datanglah beramai-ramai, kita berjumpa di suatu tempat”. Di hari perjumpaan
itu, tukang sihir Fir’aun berkata, “Ya, Musa! lemparkanlah tongkatmu lebih
dahulu, atau kami yang akan memulai lebih dahulu?” Sahut Musa a.s., “Kamulah
lebih dahulu.” Lalu tukang sihir Fir’aun melemparkan tali-tali dan tongkat-tongkatnya
yang kemudian berubah menjadi ular menjalar mengelilingi Nabi Musa a.s.. Di
saat demikian, Allah Swt. berfirman, Artinya: “Dan lemparkanlah apa yang ada di
tangan kananmu, niscaya ia akan menelan apa yang mereka perbuat. Sesungguhnya
apa yang mereka perbuat itu adalah tipu daya tukang sihir (belaka). Dan tidak
akan menang tukang sihir itu, dari mana saja ia datangnya”. Nabi Musa a.s.
mengikuti perintah Allah Swt. Kemudian, ia melemparkan tongkatnya, seketika itu
jadilah ular besar merayap sambil memakan ular-ular tukang sihir Fir’aun.
Kejadian ini membuat sebagian tukang sihir Fir’aun mengaku kalah dan bersujud
kepada Tuhan. Sebagaimana firman Allah : Artinya: “Lalu tukang-tukang sihir itu
tersungkur dengan bersujud, seraya berkata: Kami telah percaya kepada Tuhan Harun
dan Musa.” Karena melihat tukang sihirnya telah beriman kepada Nabi Musa a.s.,
demikian juga istrinya, Siti Asiyah, maka Fir’aun bertambah marah dan ganas.
Bersama bala tentaranya, dia menyiksa orang-orang yang beriman termasuk
istrinya sampai mati. Melihat yang demikian, Nabi Musa a.s. dan orang-orang
yang beriman mundur dan melarikan diri dari kota Mesir. Fir’aun dan tentaranya
terus mengejar Nabi Musa a.s. dan pengikutnya sampai ke dekat Laut Merah. Nabi
Musa a.s. dan pengikutnya kebingungan. Di saat terdesak itu turun wahyu dari
Allah Swt. yang memerintahkan agar Musa a.s. memukulkan tongkatnya ke permukaan
laut merah. Tiba-tiba saja, laut membelah menjadi dua bagian. Jalan yang
panjang telah terentang di hadapan mereka. Nabi Musa a.s. dan pengikutnya terus
berlari mengikuti jalan panjang yang telah terbentang menuju seberang. Di
kejauhan, terlihat Fir’aun dan bala tentaranya terus saja mengejar Nabi Musa
a.s.. Akhirnya Nabi Musa a.s. sampai di seberang dengan selamat. Sementara
Fira’un dan tentaranya masih berada di pertengahan jalan. Di saat itulah, Allah
Swt. mengembalikan laut merah seperti semula. Fira’un dan tentaranya pun
ditelan oleh air laut. Demikianlah pembalasan dari Allah Swt. terhadap orang
yang durhaka.
Baiklah anak-anak yang soleh-solehah demikianlah
pelajaran kita hari ini. Sebagai anak Shalih kita
harus meneladani sikap para nabi yang selalu sabar dalam menghadapi cobaan dan
tidak sombong ketika hartanya berlimpah. Semoga apa yang kita pelajari hari ini bermanfaat,
Aamin 3X ya Rabbal Alamin.
Yuuk kita tutup
pelajaran kali ini dengan
membaca Hamdallah “Alhamdulillahi
Rabbil `Aalamiiin”.
Wassalamu Alaikum wr.wb.
Anak-anak bisa langsung simak juga videonya...!!!