Kisah Nabi Nuh a.s
Nabi Nuh a.s adalah keturunan kesembilan Nabi Adam. Ayah Nuh bernama Lamik bin Metusyalih bin ldris. Nuh diutus ke negeri Armenia. Penduduk Armenia asyik dalam perbuatan syirik. Mereka tidak lagi beribadah kepada Allah. Tuhan mereka telah berganti. Kini, patung-patung yang disembah ada Wadd, Suwa, Yaguts, Yatug, dan Nasr. Demikian, nama patung-patung itu.
Penduduk Armenia percaya, patung-patung itu bisa memberi kebaikan
A. Dihina dan Dicemooh
Nuh berdakwah banyak penyimpangan yang mesti diluruskan. Nuh mengajak kaumnya ke jalan yang benar.
"Allah adalah Penguasa alam semesta. Perhatikan langit, matahari, bumi, bulan, bintang, air, hewan, dan tumbuhan. Semua diciptakan oleh-Nya. Patung-patung itu tidak bisa menciptakan. Tapi penduduk Armenia malah menantang. "Datangkan saja azab itu. Kami tidak takut."
"Aku hanya seorang rasul. Tugasku hanya menyampaikan. Selebihnya terserah kalian. Jika berkeras kepala, Allah akan menghukum kalian. Hanya Dia yang berkuasa menimpakan siksaan."
B. Hanya Segelintir yang Beriman
Selama 950 tahun Nuh tinggal bersama penduduk Armenia. Sekian lama, ia berdakwah. Siang malam menyeru kaumnya. Namun, hasilnya tidak seperti yang diharapkan. Hanya beberapa orang yang mau beriman. Padahal, ia berdakwah siang malam. Yang beriman tak jua bertambah. Segala cara telah dicoba. Kadang berdakwah secara terbuka. Kadang juga secara sembunyi-sembunyi.
C. Perahu Penyelamat
Tidak hanya hinaan yang diterima Nabi Nuh. Kekerasanpun sering dialaminya. Suatu ketika Nuh dan para pengikutnya diusir mereka dilempari batu. Maka, ia berdoa kepada Allah.
‘’Ya Allah, habisi saja orang-orang kafir itu. Jangan biarkan seorang pun hidup. Sebab, mereka akan terus mengganggu. mereka akan terus berusaha menyesatkan hamba-hamba-mu. mereka juga hanya akan melahirkan anak¬anak durhaka seperti mereka.”
Doa seorang nabi sungguh manjur. Allah mengabulkan permohonan Nuh. Tak lama kamudian, malaikat Jibril datang.
Jibril menyuruh Nuh menanam sebuah pohon. Bukan sembarang pohon, melainkan benihnya berasal dari surga.
Beberapa tahun kemudian, pohon itu tumbuh. makin lama makin besar dan tinggi. Orang-orang Armenia takjub. Pohon itu sungguh ajaib. Sejak pohon itu tumbuh, tak ada satu pun bayi yang lahir benar-benar menakjubkan.
Jibril datang kembali. Pohon itu harus ditebang. Nuh harus membuat perahu. Orang-orang beriman dikumpulkan. Titah Allah disampaikan. Akhirnya, petunjuk Allah datang jua. mulailah para pengikut Nuh bekerja. Semua sibuk. Satu per satu papan-papan itu dipasang. Perlahan, tapi pasti, perahu hampir jadi.
Pekerjaan mereka bukan tanpa masalah. Gangguan selalu saja ada. Setiap hari, orang-orang kafir lewat. Cemoohan dan hinaan datang silih berganti.
D. Azab Segera Tiba
Kesabaran selalu membuahkan hasil. Kerja keras tiadaklah sia-sia. Perahu telah jadi. Sebuah perahu yang sangat besar. Tak lama kemuadan, Nuh menerima wahyu. ‘‘Segeralah berkemas! Kumpulkan orang-orang beriman. Jangan lupa hewan-hewan masing-masing bawa sepasang, jantan dan betina.”
Semua orang beriman sibuk. Barang-barang bawaan sudah dinaik¬kan. Begitu juga, hewan-hewan. Perahu penuh dengan muatan. Terakhir, giliran orang-orang beriman mereka bergegas naik ke perahu. Tanpa disadari, langit mulai menaung. Awan hitam bergumpal-gumpal, makin lama, makin besar. Petir berkilat menyilaukan. Terdengar guruh menggelegar. Keadaan benar-benar mengerikan. Tak lama berselang, hujan turun. Sangat lebat Air mengguyur bumi. Tak hujan, mata air juga bermunculan. Air memancar di mana-mana.
Dan bumi pun digenangi air. makin lama, makin tinggi. Air bah melanda negeri. Banjir bandang menyapu kota. Bahkan, gunung-gunung pun terendam. Tak ada lagi tempat berlindung. Perahu Nuh mulai bergerak. Dengan iringan Bismillah majraha wa mursaha berlayarlah kapal Nabi Nuh. Gelombang menggoyang. Angin kencang menerpa. Sementara itu, di sana-sini banyak orang berenang. Orang-orang kafir berenang melawan gelombang. Bergelut melawan maut. Akan tetapi, tak lama mereka bertahan. Tenaga habi.s terkuras. Napas mereka megap-megap. Lalu, ombak datang bergulung-gulung. Setinggi gunung. Satu persatu orang-orang kafir itu tenggelam. Diantara nasihat dan kata-kata mutiaranya ialah :
1. Kesabaran yang disertai iman kepada Allah membawa kemenangan.
2. Orang yang bahagia ialah orang yang berwaspada dan mengharapkan syafaat dari Tuhannya dengan amal-amal solehnya.
3. Bila kamu memohon sesuatu kepada Allah dan berdoa maka ikhlaskanlah niatmu demikian pula puasa dan solatmu.
4. Janganlah bersumpah dalam keadaan kamu berdusta dan janganlah menuntup sumpah dari orang yang berdusta agar kamu tidak menyekutui mereka dalam dosa.
5. Taatlah kepada raja-rajamu dan tunduklah kepada pembesar-pembesarmu serta penuhilah selalu mulut-mulutmu dengan ucapan syukur dan puji kepada Allah.
6. Janganlah iri hati kepada orang-orang yang baik nasibnya, karena mereka tidak akan banyak dan lama menikmati kebaikan nasibnya.
7. Barang siapa melampaui kesederhanaan tidak sesuatu pun akan memuaskannya.
8. Tanpa membagi-bagikan nikmat yang diperolehnya seorang tidak dapat bersyukur kepada Allah atas nikmat-nikmat yang diperolehnya itu.
E. Anak Durhaka
Nuh naik ke geladak perahu. Badai. semakin besar. Cuaca bertambah kelam. Kadang terlihat tubuh orang-orang kafir mengambang. Di.seret arus yang sangat deras. Lolongan minta tolong begitu menyayat Namun, air bah tak kenal ampun. Semua dibabat habis. Tiba-tiba, Nuh melihat .seorang pemuda la tengah menaiki sebuah bukit Napasnya tersengal-sengal. Ketakutan tampak pada wajahnya. Ternyata, Kan’an, anaknya sendiri. Timbullah perasaan iba. Bagaimanapun Kan’an adalah anak kandungnya.
Serta-merta Nuh memanggil-manggil anaknya. Sekuat tenaga ia berteriak. Bukit itu juga akan tenggelam. Ayolah, Nak! Naiklah ke perahu,” Nuh membujuk sekali lagi.
Belum kering ucapannya, gelombang datang. Kan’an digulung gelombang. Tubuhnya timbul tenggelam. Napasnya ngos-ngosan. Sampai akhirnya, tubuh Kan’an tak kelihatan lagi. Tenggelam.
Nuh sangat bersedih. matanya berkaca-kaca. Bagaimana tidak, baru saja ia menyaksikan kematian Kan’an. Kena¬pa putranya harus mati sebagai orang kafir? “Ya Allah, aku berlindung kepada Engkau dari goaaan .setan yang terlaknat. Sudilah Engkau mengampuni kesalahanku. Jika Engkau tak berkenan memberi ampunan, niscaya aku termasuk orang yang malang,” Nuh, memanjatkan doa.
Akhirnya, badai mereda. Hujan berhenti. Air melesap ke dalam tanah. Perahu bertambat di atas sebuah bukit. Bukit Judi, namanya. Langit mulai cerah. matahari menerangi bumi. Debit air telah menyusut. Nuh dan para pengikutnya turun dari perahu. Saat itu, bertepatan dengan sepuluh muharram. Keselamatan, kesejahteraan, dan keberkahan menyertai orang-orang beriman. Kini, mereka memulai hidup baru. Bulan berganti bulan. Tahun demi tahun, datang silih berganti. Orang-orang beriman beranak-pinak. Penghuni bumi terus bertambah. Keturunan Nuh pun menyebar.
Terima
kasih atas kunjungannya jangan lupa ikuti terus website : kkgpaibalikpapan.com
dan Channe Youtube : Pai Tv Balikpapan Official