KKG PAI Balikpapan - Ketika banyak guru merasa lega karena Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) dikabarkan akan ditiadakan dari daftar kewajiban implementasi kurikulum, muncul angin segar sekaligus kabar mengejutkan dari regulasi terbaru. Dalam kebijakan terkait kegiatan kokurikuler, pemerintah membuka tiga jalur alternatif pelaksanaan di sekolah. Menariknya, dua dari tiga pilihan tersebut justru berpotensi menjadi medium baru kelahiran kembali ruh dari Projek P5. Meski mungkin dalam balutan nama dan kemasan berbeda.
Berikut tiga opsi yang dimaksud:
-
Pembelajaran Kolaboratif Lintas Mata Pelajaran
Konsep ini secara kasat mata terlihat baru, namun praktiknya sangat familiar. Kolaboratif lintas mapel sejatinya merupakan inti dari pelaksanaan P5 selama ini. Kegiatan antar mata pelajaran yang dirancang bersama, mengusung tema-tema kontekstual, hingga keterlibatan aktif peserta didik dalam aksi nyata, merupakan elemen kunci dalam P5. Maka, meskipun nama “P5” tidak lagi disebutkan, bentuk kegiatan ini tetap mewarisi semangat dan pendekatan P5. Artinya, guru jangan dulu bertepuk tangan. Bisa jadi, P5 akan tetap hadir, hanya dengan nama yang lebih ‘netral’. -
Gerakan 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat (AIH)
Pilihan kedua ini masih menyisakan banyak tanda tanya. Sejauh ini belum ada petunjuk teknis yang rinci mengenai bentuk, target capaian, maupun skema pelaksanaannya. Maka, untuk saat ini, jalur ini belum bisa dipastikan sebagai ladang reinkarnasi P5. Namun patut ditunggu dan dicermati lebih lanjut. -
Cara Lainnya
Nah, di sinilah ruang interpretasi terbuka lebar. Frasa “cara lainnya” bisa dimaknai sebagai ruang kebebasan bagi sekolah untuk memilih pendekatan kokurikuler yang sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan peserta didik. Jika demikian, maka menghidupkan kembali Projek P5 sebagai “cara lainnya” bukanlah hal yang dilarang. Justru bisa menjadi strategi cerdas, apalagi bagi sekolah yang sudah terbiasa dengan pola kolaboratif yang P5 miliki.
Bukan Nama yang Penting, Tapi Ruhnya
Dari analisis singkat ini, dapat disimpulkan bahwa ruh P5 sebenarnya belum sepenuhnya lenyap. Ia hanya beristirahat sejenak, menunggu kesempatan untuk hidup kembali lewat jalur-jalur baru yang telah disiapkan dalam regulasi. Maka, tugas kita sebagai guru adalah tidak sekadar mengikuti nama program, tapi memahami esensinya. Karena pada akhirnya, tujuan utama pendidikan bukan pada istilahnya, tapi pada dampak dan transformasi yang dihasilkan bagi peserta didik.
Mari bersiap. Mungkin saja P5 tidak mati, ia hanya berganti rupa.
Penulis : Aznur Panca Saputra
Editor : Bayiehaqi