KKG PAI Balikpapan | Belakangan ini, pelatihan Pembelajaran Mendalam (PM) menjadi topik hangat di kalangan pendidik. Banyak guru sangat antusias ingin mengikuti program pelatihan ini karena diyakini menjadi kunci dalam meningkatkan kualitas proses belajar mengajar yang lebih berpihak pada murid. Namun sayangnya, tidak semua guru punya kesempatan untuk ikut serta. Ternyata, akses untuk mengikuti pelatihan ini tidak semudah yang dibayangkan.
Mengapa demikian? Karena prioritas utama peserta pelatihan adalah sekolah penerima BOSKin (Bantuan Operasional Sekolah Kinerja). Biaya pelatihan yang ditanggung oleh BOS membuat seleksi menjadi lebih ketat dan terbatas. Guru dari sekolah yang bukan penerima BOSKin praktis hanya punya peluang kecil untuk ikut, kecuali jika sekolah mereka memiliki jumlah siswa lebih dari 400 orang yang berarti dana BOS-nya dianggap cukup besar untuk membiayai keikutsertaan dalam program ini.
Bahkan ketika guru dari sekolah non-sasaran tetap ingin mendaftar secara mandiri, mereka sering kali menghadapi kendala internal. Tidak semua kepala sekolah bersedia mendaftarkan karena terbentur masalah biaya atau kebijakan. Kalaupun sekolah bisa mengirim perwakilan, biasanya hanya satu orang guru saja yang diberi akses. Jika bukan Anda yang dipilih, maka kesempatan pun hilang.
“Rasanya seperti ikut undian. Pelatihan ini seolah hanya untuk sekolah-sekolah ‘elit’ yang punya cukup sumber daya. Sementara kami, hanya bisa menonton dari kejauhan.”
Namun, apakah itu berarti kita harus menyerah dan merelakan ilmu pembelajaran mendalam hanya dikuasai oleh sebagian kecil guru? Tentu tidak. Ada banyak cara lain yang bisa kita lakukan untuk tetap belajar dan berkembang, meski tanpa pelatihan formal. Berikut 5 solusi alternatif yang bisa dicoba oleh guru-guru yang tidak mendapat akses pelatihan resmi:
1. Belajar mandiri dengan mencari referensi dari buku, jurnal, dan artikel tentang deep learning dan pembelajaran bermakna.
2. Mengikuti webinar dan diklat online yang membahas tentang pembelajaran mendalam, baik dari komunitas pendidikan, dinas, atau platform pembelajaran digital.
3. Minta salinan atau bocoran materi dari rekan guru yang ikut pelatihan.
4. Belajar langsung dari teman sejawat yang telah mengikuti pelatihan, bahkan ajak mereka berbagi dalam forum KKG atau MGMP.
5. Gunakan kreativitas dan humor untuk menjaga semangat, misalnya membuat foto AI seolah-olah sedang ikut pelatihan sebagai bentuk sindiran halus dan penyemangat diri.
“Ilmu itu bukan milik kelompok tertentu saja. Jika kita punya semangat belajar, tidak ada batas yang bisa menghalangi.”
Semangat belajar adalah identitas utama seorang guru. Jangan biarkan sistem yang belum merata menghentikan langkah kita untuk terus bertumbuh. Ingat, perubahan besar sering dimulai dari langkah-langkah kecil, termasuk dari guru-guru yang belajar secara mandiri, kreatif, dan pantang menyerah.
Penulis : Aznur Panca Saputra
Editor : Bayiehaqi