Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) adalah sosok yang berdiri di antara dua rumah: sekolah umum yang menjadi ruang pengabdian harian, dan Kementerian Agama yang menjadi atap administratif dan pembinaan. Dalam keseharian, kami bersinergi dengan guru kelas, PJOK, dan guru lainnya. Namun saat bicara tentang peningkatan profesionalisme, seperti sertifikasi melalui Pendidikan Profesi Guru (PPG), langkah kami terasa jauh tertinggal.
Kami seringkali bertanya dalam hati: mengapa di sekolah yang sama, hanya guru PAI yang belum memiliki sertifikasi, sementara guru-guru lain sudah terlebih dahulu mengikuti PPG dan menikmati pengakuan profesionalnya?
Tentu kami tidak ingin buru-buru berprasangka. Kami tahu Kementerian Agama telah berupaya. Bahkan, tahun ini pernah terdengar kabar baik: bahwa akan dibuka lima batch PPG bagi guru PAI. Sebuah janji yang membawa harapan besar. Namun, waktu terus bergulir, semester pun hampir berganti, dan kami masih bertanya-tanya: sudah sampai di batch yang ke berapa?
Kami memahami, tentu tidak mudah menyusun skema yang adil untuk seluruh guru PAI se-Indonesia, apalagi dengan kondisi anggaran dan kebijakan daerah yang berbeda-beda. Tetapi, bukan sedikit pula di antara kami yang bersedia untuk mandiri, membiayai PPG dengan biaya pribadi, jika memang itu yang diperlukan.
Hanya saja, terkadang kami merasa seperti anak yang punya dua ibu. Di satu sisi, kami bernaung di bawah Kemenag. Di sisi lain, kami hidup dan bekerja di lingkungan yang dikelola Kemendikdasmen. Maka tak heran jika timbul tanya: jika terlalu rumit membina kami, mungkinkah kami kembali saja ke ibu pertama, agar pembinaan dan peningkatan kompetensi berjalan lebih satu arah?
Ini bukan ungkapan kecewa. Hanya sebuah catatan kecil dari kami, guru PAI yang setiap hari diminta menanamkan akhlak, membimbing moral, dan menjaga cahaya iman generasi bangsa. Kami ingin terus belajar, berkembang, dan diakui secara profesional sebagaimana rekan-rekan guru lainnya.
Karena sejatinya, profesi ini bukan tentang pengabdian diam, tetapi tentang langkah yang terus diperbarui. Dan langkah itu salah satunya adalah melalui PPG yang hingga kini masih jadi harapan panjang.
Kami tidak menuntut lebih. Hanya ingin kesempatan yang setara. Karena dalam sunyi doa dan sabar menunggu, kami percaya: janji yang baik, pada akhirnya akan ditepati.
Penulis : Tim Redaksi KKG PAI Balikpapan
Editor : Runza